Menurut Uka Tjandrasasmita2,
masuknya islam di Indonesia dilakukan enam saluran yaitu :
1. Saluran Perdagangan
Masuknya
pedagang-pedagang asing dikepulauan Indonesia seperti Arab, Cina, Persia dan
India merupakan awal mula masuknya islam ke Indonesia yaitu bermula dari
bermukimnya para pedagang asing di pesisir jawa yang penduduknya masih kafir.
Hingga akhirnya mereka mampu mendirikan masjid-masjid dan pemukiman-pemukiman
muslim.
2. Saluran Perkawinan
Dilihat
dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial lebih baik dari
pada pribumi Indonesia sendiri, sehingga tidak sedikit penduduk pribumi yang
tertarik denan para pedagang muslim tersebut khususnya putri-putri raja dan
bangsawan. Proses islamisasi ini dilakukan sebem adanya pernikahan yang
kemudian dilanjutkan dengan proses pernikahan sampai pada akhirnya mereka
mempunyai keturunan dan mampu membuat daerah-daerah atau bahkan
kerajaan-kerajaan islam.
Jalur
perkawinan ini lebih menguntungkan apabila terjadi antara saudagar muslim
dengan anak bangsawan atau anak raja dan adipati, karena bangsawan, raja, dan
adipati dapat mempercepat proses masuknya islam di Indonesia.
Demikianlah
yang terjadi antara raden rahmat atau sunan ampel dengan nyai manila. Sunan Gunung
Jati dengan Putri Kaunganten. Brawijaya dengan Putri Campa yang menurunkan
Raden Fatah ( Raja pertama Demak ).
3. Saluran Tasawuf
Pengajar-pengajar
tasawauf atau para sufi, mengajarkan teosofi yangb bercampur dengan ajaran yang
sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mempunyai kemampuan dan
kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Diantara mereka ada juga yang mengawini
putri-putri bangsawan setempat . dengan ilmu tasawufnya mereka mengajarkan
islam kepada pribumi yang mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yangb
se4belumnya menganut agama hindu, sehingga agama baru itu mudah dimenerti dan
di terima. Diantara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung
persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra islam itu adalah Hamzah Fansuri di
aceh, syeh lemah abang, dan sunan panggung di jawa. Ajaran mistik seperti ini
masih berkembang di Indonesia di abad ke-19 M bahkan di abad ke-20 M ini.
4. Saluran Pendidikan
Islamisasi
juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang
diselenggaakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai, dan ulama-ulama. Di pesantren
atau pondok itu, calon ulama, guru agama, dam kiai mendapat pendidikan agama.
Setelah kelua dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing kemudian
mereka berdakwah ketempat tertentu mengajarkan islam. Misalnya, pesantren yang
didirikan oleh raden rahmat di Ampel Denta Surabaya dan sunan giri di giri.
Keluaran pesantren giri ini banyak yang di undang ke maluku untuk mengajarkan
agama islam.
5. Saluran Kesenian
Saluran
islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang.
Dikatakan, sunan kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan
wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton
untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang
masih dipetik dari cerita mahabarata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu
disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan islam. Kesenian-kesenian lain juga
dijadikan alat islamisasi, seperti sastra ( hikayat, babad, dan sebagainya ),
seni bangunan dan seni ukir.
6. Saluran Politik
Di
maluku dan sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk islam setelah rajanya
memeluk islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya
islam didaerah ini. Di samping itu, baik di sumatera dan jawa maupun di
Indonesia bagian timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan islam
memerangi kerajaan-kerajaan non-islam. Kemenangan kerajaan islam secara politis
banyak menarik penduduk kerajaan bukan islam itu masuk islam.
2) Uka Tjandrasasmita, Sejarah Nasional Indonesia III, ibid,hal. 201.