Ini kisah nyata. Ada seorang ibu bijak yang punya kebiasaan spesial. Di sela-sela aktivitasnya yang seabrek-abrek dia punya kebiasaan bercerita kepada anak-anaknya didampingi suami tercinta. Saking spesialnya, anak-anaknya selalu menunggu-nunggu waktu bercerita sang ibu tersebut, yang biasanya dia lakukan setiap hari Senin ba’da Isya.
Nah, ada satu cerita dari sang ibu yang menjadi unggulan dan sangat disukai anak-anaknya,yaitu cerita tentang anak penjual gorengan yang sangat menginspirasi.
Begini ceritanya…
“Di suatu daerah terpencil di pasisian Jawa Barat, ada seorang anak lelaki kecil dari sebuah keluarga sederhana (kalau gak dibilang miskin). Anak itu bersemangat untuk menuntut ilmu di sela kekurangan materi ibu bapaknya. Oleh karena itu dia selalu membawa gorengan buatan tetangganya untuk (dijual demi) membantu membiayai sekolahnya. Hal itu dilakukannya dari SD sampai SMA. Usai lulus SMA, anak ini mendaftar ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), dan LULUS. Tapi sayangnya dia tidak bisa masuk karena tidak ada biaya. Lalu dia juga daftar ke Institut Pertanian Bogor (IPB) Teknologi Pangan,dan LULUS. Tapi lagi-lagi sayang, dia tidak bisa masuk, juga karena masalah biaya.
Hingga akhirnya anak itu mendengar ada sekolah gratis dari kedubes Saudi Arabia. Tapi masalahnya, dengan basic SMA, mana ada pelajaran bahasa Arab. Padahal bahasa pengantar di sekolah tersebut menggunakan bahasa Arab. Maka jadilah anak itu banting tulang, belajar bahasa Arab secara otodidak. Singkat cerita, sang anak diterima di sekolah tersebut. Dan selama menjadi mahasiswa, anak itu juga masih tetap “jualan gorengan”, hingga akhirnya dia lulus dengan meraih nilai terbaik…”
Sambil tersenyum sang ibu tiba di ending ceritanya… “Anak penjual gorengan itu sekarang bahkan dipercaya menangani masalah masyarakat… Anak itu sekarang ada di samping ibu… (sambil melirik sang suami yang senyum-senyum di sampingnya) Dialah ayah kalian, mantan Gubernur Jawa Barat. Dialah Ahmad Heryawan, Lc.”
Seperti diceritakan oleh Netty Prasetiyani saat kunjungan ke Rumah Keluarga Indonesia (RKI).