Resensi Novel "Ternyata Aku Sudah Islam"

"<^Pencarian Jati Diri Sang Bule^>"

Judul           : Ternyata Aku Sudah Islam
Penulis         : Damien Dematra
Penerbit      : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Terbit         : Januari 2010
Tebal          : 239 Halaman


              Andrew Parker adalah seorang remaja Amerika yang dibesarkan dalam keluarga Kristen yang taat. Sejak kecil, Andrew sudah merasakan ketertarikan setiap melihat orang memakai sorban di televisi. Sampai akhirnya dia mengatakan kepada ibunya, Laurine, seorang aktivis gereja di lingkungan mereka, ingin memakai sorban pada saat perayaan Halloween. Sang Ibu yang berpikiran sangat terbuka mengijinkan anak lelaki satu-satunya itu memakai ‘’kostum’’ sorban lengkap dengan janggut palsunya, sehingga Andrew pun berhasil memenangkan predikat Kostum Terbaik pada perayaan Halloween di sekolahnya. Kenangan itu begitu sangat membekas di hati Andrew.
              Setelah lulus SMA, Andrew mengikuti ketentaraan AS yang akhirnya mengantarnya pada ketertarikan baru, yakni ingin mempelajari bahasa Timur Tengah. Sepulangnya dari dinas ketentaraan, Andrew terlibat kisah cinta bersama seorang gadis pencinta lingkungan bernama Caleen dan sempat menjalani hidup bersama selama lima tahun dan berpindah-pindah tempat tinggal. Awalnya semua kisah cinta mereka berjalan dengan lancar, sampai suatu ketika mereka kehabisan uang dan memutuskan untuk pergi ke kota. Tetapi Caleen bertemu dengan keluarganya dan mengakibatkan Andrew harus berpisah dengan kekasih yang amat dicintainya. Andrewpun larut dalam kesedihan yang begitu dalam. Tetapi sadar ia bahwa itu bukanlah akhir dalam hidupnya. Ia memutuskan untuk kuliah di Universitas Potland. Andrew memilih mata kuliah Bahasa Arab, Turki, India dan bahasa Timur Tengah lainnya.
              Saat kuliah inilah Andrew menemukan esensi dari kegelisahan dirinya selama ini. Karena Andrew belajar bahasa Arab, dia memiliki teman dan dosen orang Islam. Seorang temannya yang bernama Sargon menyarankan Andrew untuk mempelajari Al Qur’an. Tanpa keraguan apapun, Andrewpun menyetujuinya karena sebelumnya, ia juga pernah mencoba untuk membaca Al Qur’an.
Ketika pertemuan pertama kuliahnya, Andrew diminta sang Dosen yang berdarah Arab-Amerika untuk membaca Al-Qur’an. Andrew berjalan maju ke depan, menerima Al Qur’an dan membaca dengan suara yang keras. Suaranya jernih dan indah. pelafalannya nyaris tepat. Seisi ruangan tercengang. Salah seorang dari mereka bertanya kepada Andrew. “Sebenarnya apa agamamu?”. Selama beberapa detik, Andrew tidak tahu bagaimana menjawabnya. Ia tidak pernah memikirkan itu, “Agamanya”.
             Ia tidak tahu, bagaimana hal itu terlontar begitu keras. Pemikirannya hanya cepat selintas. bahkan ia belum sempat mencerna pemahamannya sendiri. Namun, ia telah melontarkan di hadapan limapuluh mahasiswa Amerika bahwa agamanya adalah “Islam”.
Mereka terkejut. Yang mereka ketahui, Andrew bukanlah orang yang dikenal sebagai muslim. Andrew hanyalah orang yang ingin mempelajari cabang ilmu bahasa Timur Tengah saja. Terdengar jawaban ringan dari temannya, “Ooo...”. Andrew merasa segala sesuatu dalam sebuah dimensi yang berbeda, dalam sebuah dimensi baru. Hari itu berlalu dengan cepat.
               Keesokan harinya, Andrew seperti biasa masuk ke kelas Al Qur’annya dan ia berjumpa dengan seorang yang sudah bertahun-tahun tidak ditemuinnya, Massoud Asghar, seorang koleganya di tanah Arab. Massoud sudah mengetahui bahwa Andrew telah menjadi mu’allaf dan ia menwarkan diri untuk mengajari Andrew tentang dasar-dasar ajaran Islam. Ia mengajarkan bagimana cara shalat, dan ajaran mengesakan Allah SWT, Tauhid Rububiyah. Andrew selalu menghabiskan waktunya di masjid, mengikuti pengajian-pengajian dari beberapa ulama sufi, belajar tentang segala ajaran islam. Keimanan Andrew semakin bertambah. Ia yakin bahwa apa yang diyakininya adalah benar. Dan akhirnya Andrew menjadi muslim yang taat beragama.
               Novel salah satu karya Demain Dematra ini sangat menarik untuk dibaca. Bahasanya mudah untuk dipahami, walaupun ada beberapa kata yang menggunakan istilah. Dalam novel ini, Demain selalu meceritakan segalanya dengan berlebih-lebihan. Seperti nama tempat, nama tokoh lain dengan segala semua identitasnya yang sebenarnya tidak perlu untuk diketahui. Padahal hal tersebut tidak perlu untuk diceritakan. Dalam novel setebal 239 halaman ini, penceritaan Andrew sang bule saat menemukan jati diri yang sesungguhnya seorang muslim tidak digambarkan secara detil, sedetil Damien menceritakan kisah cinta Andrew. Dari 24 Bab bagian cerita, kisah Andrew yang mulai mencari-cari sumber kegelisahannya dimulai pada Bab 19. Sehingga terkesan kisah ini diakhiri dengan sangat terburu-buru. Padahal masih banyak sisi yang bisa digali oleh Damien Dematra pada masa-masa itu. Tapi yang jelas, novel ini mengajarkan kita agar selalu yakin kepada diri kita sendiri, dan dengan segala keyakinan yang kita punya.