Kendalikan Racun Emosi



Alkisah, seorang gadis bernama Nodia menikah dan tinggal bersama suami dan ibu mertuanya. Dalam waktu singkat, Nodia menyadari bahwa ia tidak dapat cocok dengan ibu mertuanya dalam segala hal. Kepribadian mereka berbeda. Terkadang Nodia marah dengan banyak kebiasaan ibu mertua. Nodia juga dikritik terus-menerus, dan dia tidak suka. Hari demi hari, minggu demi minggu, Nodia dan ibu mertua tidak pernah berhenti konflik dan bertengkar. Keadaan jadi tambah buruk,
karena berdasarkan tradisi orang Timur, Nodia harus taat kepada apa saja setiap permintaan sang mertua.

Semua keributan dan pertengkaran di rumah itu mengakibatkan suami yang kebetulan orang miskin menderita stress.

Akhirnya, Nodia tidak tahan lagi dengan temperamen buruk dan dominasi otoriter ibu mertuanya, dan dia memutuskan untuk melakukan sesuatu.

Nodia pergi menemui teman baik ayahnya, Mbah Itan. Nodia menceritakan apa yang dialaminya dan meminta agar Mbah Itan dapat memberinya sejumlah racun supaya semua kesulitannya selesai.

Mbah Itan berpikir sejenak dan tersenyum dan akhirnya berkata, "Nodia, saya akan menolong, tapi kamu harus mendengarkan dan melakukan semua yang saya minta."

Nodia menjawab, "Baik, saya akan melakukan apa saja yang Mbah minta."

Mbah Itan masuk ke dalam bilik dan kembali beberapa menit kemudian dengan sekantong ramuan. Dia memberitahu Nodia  "Kamu tidak boleh menggunakan racun yang bereaksi cepat untuk menyingkirkan ibu mertuamu, karena nanti orang-orang akan curiga. Karena itu saya memberimu sejumlah ramuan yang secara perlahan akan meracuni tubuh ibu mertuamu. Setiap hari masakkan daging sapi atau ayam dan kemudian campurkan sedikit ramuan ini. Kamu harus berhati-hati dan bertindak dengan sangat baik serta bersahabat. Jangan berdebat dengannya, taati dia, dan perlakukan dia seperti seorang ratu, agar kelak jika dia mati, tak seorang pun yang menaruh curiga kepadamu."

Nodia sangat senang. Dia kembali ke rumah dan memulai rencana jahat terhadap ibu mertua.

Minggu demi minggu, bulan demi bulan berlalu, dan setiap hari, Nodia melayani ibu mertua dengan masakan yang dibuat secara khusus. Nodia ingat apa yang dikatakan Mbah Itan tentang menghindari kecurigaan, Nodia mengendalikan emosinya, menaati ibu mertua, memperlakukannya seperti ibunya sendiri dengan sangat baik dan bersahabat.
Setelah enam bulan, seluruh rumah berubah. Nodia telah belajar mengendalikan emosinya begitu rupa sehingga hampir-hampir ia tidak pernah meledak dalam amarah atau kekecewaan. Dia tidak berdebat lagi dengan ibu mertuanya, yang sekarang kelihatan jauh lebih baik dan mudah ditemani.

Sikap ibu mertua terhadap Nodia berubah, dan dia mulai menyayangi Nodia seperti anaknya sendiri. Dia terus memberitahu teman-teman dan kenalannya bahwa Nodia adalah menantu terbaik yang pernah ditemuinya. Nodia dan ibu mertuanya sekarang berlaku seperti ibu dan anak sungguhan. Suami Nodia sangat senang melihat apa yang telah terjadi.

Keadaan itu membuat Nodia berubah pikiran. Dia kini ingin menyelamatkan ibunya dari racun yang disimpan dan direncanakan sebelumnya. Nodia kemudian datang menemui Mbah Itan dan minta pertolongan lagi.

"Mbah, tolonglah saya untuk mencegah racun itu membunuh ibu mertua saya. Dia telah berubah menjadi wanita yang sangat baik dan saya mengasihinya seperti ibu saya sendiri. Saya tidak ingin dia mati karena racun yang saya berikan."

Mbah Itan tersenyum dan mengangkat kepalanya, "Nodia, kamu tidak usah khawatir. Saya tidak pernah memberimu racun. Ramuan yang saya berikan dulu adalah vitamin untuk meningkatkan kesehatannya. Satu-satunya racun yang pernah ada ialah di dalam pikiran dan sikapmu terhadapnya, tapi semua sudah lenyap oleh kasih yang engkau berikan padanya."
:)
silahkan diambil hikmah dan pesan moralnya. semoga kita menjadi pribadi yang lebih baik.